3. Raja dan ratu
Pertengahan desember 2006

Saya memutuskan untuk segera menikah saja dengan beberapa pertimbangan bukan karena ingin ikut ikutan seperti adiknya yang telah menikah dengan teman saya beberapa bulan lalu. Bukan bukan itu.

Saya merasa dunia tiba tiba gelap. Tahu tahu kami sudah diatas aspal dan motor kesayangan kami tau tau sudah ada diatas kami. Selang 2 detik kemudian tempat kami dikerubutin orang orang masyarakat sekitar. Kau tidak apa apa bi? Kau ya? Setelah saling mengecek kondisi masing masing dengan gontai dan gemetar dengan pelan saya mendorong motor ke tepi jalan. Saya mendengar ana dengan emosi tinggi memaki maki supir taxi naas itu. Mungkin karena kalah gertak ditambah kesaksian seorang polisi money changer, supir tersebut meminta maaf berulang kali ke ana . Setelah puas memaki, kami pun pulang. Hari itu bulan mei, beberapa hari lagi kami akan menikah.

Demi mendapatkan modal menikah kamipun berusaha mati matian mengumpulkan duit. Orang tua kami kurang mampu untuk itu. Mulai dari ikut arisan tembak di keluarga ipar. Mengumpulkan semua uang dari hasil penjualan baju kreditan, usaha sambilan dan lain lain.

Cincin itu hanya terbuat dari perak. Hanya itu yang mampu kubeli. Kutahan sedihku. Kumampu menghibur diriku dan berharap suatu hari bisa kubelikan yang lebih baik dari itu. Sayang tidak pernah terwujud hingga hari ini.

Kami menyusun list dan rencana rencana pada hari pernikahan kami nanti. Demi menghemat anggaran segalanya dihemat! Yang paling penting adalah adikku mau membantuku. Dan pacarnya monica pun mau membantu kami. Ups beberapa bulan sebelum mereka resmi menjadi pendamping kami. Mereka putus. Dapatkah kamu bayangkan itu? Walaupun mereka berpisah. Foto mereka yang tetap bersatu.
Dengan segala kekurangan dan keterbatasan akhirnya kami bisa bertunangan pada hari itu. Dari acara di hotel dan gereja sampai sungkeman ke nenekku. Salut pada banyak teman yang telah membantu kami entah kebaikan apa yang telah kami perbuat. Ibuku, tante kiki, oma yang dari jogja, saudara saudara kami. om ayao tukang foto kami, monica dan keluarga nya , pastor dan lain lain.
Pulang dari resepsi, saya masih berkata dalam hati. Apakah saya bermimpi. Apakah kami sudah menikah. Ketika kutanyakan pada ana a. Ia hanya menjawab sudah sayang dan mencium bibirku. Saya hanya terbengong seperti orang yang tidak terima kenyataan hidup.
Di kamar hotel, ana sudah tertidur lelap karena saking capainya. Akhirnya malam pengantin berlalu begitu saja tanpa terjadi apa apa. Yah , tidak seperti cerita cerita yang kudengar.

Hari itu kami telah resmi menikah. 3 september 2006.
ilustrasi, foto dok pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar