7. Malam perpisahan
Sabtu 19 januari 2008

Masa kontrak kami setahun telah habis, kami harus keluar dari rumah itu. Segala bentuk perjalanan dan perjuanganku untuk sukses harus gagal total. Ayah bangkrut. Ibumu memutuskan untuk pulang ke rumah orang tuanya di alauddin membawa yen dan pembantu kami ani. Ibu tidak mau ikut ayah ke tinumbu. Ibu telah putuskan sendiri. Ayah telah membujuk ibu untuk ikut ayah. Dengan harapan ayah bisa mengatur kembali keuangan ayah dari awal lagi. Mungkin ibu karena telah punya uang sendiri dari penghasilannya sendiri dan merasa telah mampu dan hebat.
Sejak perpisahan itu dari awal tahun 2008 sampai dengan ini baru satu kali yen bertemu lagi dengan neneknya. Itupun ayah membujuk ibu untuk itu.
Hari ini, enam hari yang lalu … kami akan melakukan persiapan akhir untuk pindah rumah. Saya menunggu mereka pulang, jam sudah menunjukkan pukul 7 malam lebih. Kemana mereka? Kenapa belum pulang.
Entah jam berapa mereka bertiga dah pulang. Setelah menidurkan yenny di alas tempat tidur nya. Maafkan ayah anakku, ayah telah menjual tempat tidur kita. Hanya 2 hari kok kamu tiduran disini. Besok yenny bisa tidur di tempat tidur lagi. Lama kutatap muka anakku. Sedih rasanya meninggalkanmu.
Tengah malam lewat, kami berpelukan sambil tiduran diatas lantah. Yah, kan tempat tidur nya telah dijual? Entah apa yang ana pikirkan. Air matanya jatuh berulang kali. Sedih juga rasanya kami akan berpisah. Lelah dengan perasaannya, ana pun membalikkan badannya. Sambil tiduran ana melihat kea rah tv nonton mini seri kesukaannya. Ditemani sherly dan tati.Rasanya ingin tidur tapi pikiran kami melayang entah kemana. Hari ini hari terakhir kami sekeluarga bersama sama.Setelah hampir setahun tinggal dirumah ini yang penuh dengan suka dan duka.
Akhirnya aku pindah kekamar sebelah. Kamar yang dulu merupakan kamar kami berdua sebelum yenny lahir. Terlintas di pikiran menerawang masa masa awal kami tinggal dirumah ini.

http://www.hotfm.com.my/images/menangdiweb/07/cd/jul07_letto.jpg
Malam ini saya dan ana tidur seranjang. Ia sudah hamil 5 bulan. Kami berpelukan. Saya selalu dibangunkan oleh lagu soundtrack sinetron kesukaan ana yang terkenal waktu itu. Ruang rindu oleh letto. Soundtrack sinetron nasya mirdad dan dude harlino. Yah lagu itu akan selalu mengingatkanku malam malam awal kami tinggal di rumah ini.

Ana menyusulku ke kamar sebelah. Tanpa kami sadari, kami menutup malam dan tidur di kamar yang sama. Dan malampun berakhir dengan sunyi.

Siang. Tanggal 20 januari 2008. kamipun berpisah.
Saat itu ibu telah bekerja di teman ayah dekat rumah alauddin. Ibu memboyong semuanya. yen dan pembantu ani. Ayah kecewa yen. Ayah kecewa. Ayah telah mati matian untuk ibumu dan yen. Pada saat ayah jatuh, ayah ditinggalkan sendirian untuk memberesi diri sendiri. Ayah kecewa yen. Bisa yen tau bagaimana perasaan ayah saat itu. Hancur. Sepertinya semua usaha ayah itu hanya dipandang sebelah mata dan sia sia saja. Dan ibu tidak peduli. Ia hanya mementingkan dirinya sendiri.Ayah pulang kerumah seperti prajurit yang kalah perang. Kalau seorang pria pulang kerumah orang tuanya seorang diri. Pasti orang orang di sekitar rumah bertanya tanya. Kenapa orang ini pulang tanpa anak dan istri. Ada apa. Ayah malu yen. Ayah malu. Walaupun mereka tidak menanyakannya langsung. Tapi ayah bisa merasakannya. Mata mereka memandang ayah.
Ibu menyayangimu yen. Salah satu buktinya ibu mati matian membelikan yen AC di alauddin. Supaya yen bisa tidur ayem katanya. Ayah bilang nanti saja belinya ditunda dulu , karena ayah pikir itu belum saatnya.
Ayah tidak meninggalkan kalian 100%. Ayah masih memikirkan ibumu dan yen. Selama persiapan pindah ayah membantu mengurus perpindahan kalian. Ayah tidak meninggalkan ibumu dengan barang barangnya begitu saja di rumah lama. Ayah masih membelikan kebutuhan utamamu, pampers dan susu. Ayah masih membelikan obat ketika kamu butuh. Ayah masih menggaji ani untuk membantu ibumu menjaga dan merawatmu ketika ibu pergi kerja. Ibu tidak perlu terlalu lelah dengan pekerjaan domestik seperti mencuci dan masak. Ayah tidak bisa mengandalkan orang tua ibumu yang lebih mementingkan diri mereka sendiri. Ayah mengunjungimu sewaktu waktu di luar rumah. Ayah masih menemani dan membelikan kebutuhan kebutuhan rumah tangga. Ayah kurang ya.Ibumu kadang menyindir ayah karena kalo ayah kerumah untuk menyalurkan kebutuhan biologis ayah. Ayah masih normal yen. Ayah masih butuh itu.
Pertengahan bulan april atau mei, dengan perasaan yang campur aduk ayah pulang ke alauddin. Harga diri ayah telah ayah buang di tengah jalan sebelum ke rumah ibumu. Hanya satu. Ingin keluarga ini kembali normal. Kamu tau perasaan ayah saat itu.Keputusan yang penuh kesia siaan, karena akhirnya harus berpisah lagi.
Oma meninggal dunia. Seluruh keluarga ibu berduka. Sebelum ayah pindah kerumah di alauddin. Ibu sedih. Ibu ingin pergi ke jogja lagi. Tapi ibu mengurungkan niat nya karena bosnya tidak mengizinkannya. Bukan ayah ingin menerima pujian, menerima simpati atau mengungkit2 kebaikan ayah. Untuk yen tahu saja.Ibu dan tante kiki meminta ayah untuk mengurus dan membelikan tiket untuk ayah (ibu) ke jogja. tante kiki menelpon ayah untuk membantu beli tiketnya. Awalnya ibu juga ingin ikut.
Apa ibu ada cerita tentang kejelekan ayah (ibu) sebelum ke jogja? Ada banyak yang terjadi sebelum ia kejogja. Banyak peristiwa yang terjadi. Setelah penguburan oma selesai ayah(ibu) tidak mau kembali ke makassar. Ia lebih senang tinggal disana. Keluarga tante kaya raya yen. Bisa hidup enak tanpa perlu susah payah. Semua kesenangan ada. Hidup lebih menjadi berarti. Daripada tinggal di makassar dengan istrinya.

Hari nanti ibumu akan melakukan hal yang sama yen. Ibu akan pergi meninggalkan ayah untuk keduakalinya. Kekeluarganya yang kaya raya itu. Hidup lebih enak tanpa perlu susah payah. Menderita. Dan lain sebagainya. Semua kesenangan ada. Hidup lebh menjadi berarti. Semua sudah ada dan tersedia. Pokoknya semua ada. Bahkan demi mengejar tur jalan jalan ke bangkok, hongkong dan malaysia, ana 'memaksa' meminta semua surat surat yen hingga kartu keluarga.Bahkan saat saat terakhir ibumu masih memperlihatkan ke 'ego' nya.

Awalnya tidak ada masalah yang berarti, kami hidup kembali normal seperti layaknya keluarga lain. Tak lama ani keluar. Ia pulang kampung. Kami harus kerja keras lagi. Selama ibu dan sherly mencuci baju, ayah bertugas menemani yen. Ayah berusaha menjadi 'figur suami' yang semua para ibu dambakan. Tapi ayah juga harus usaha lagi diluar. Apalagi usaha ayah harus kembali dari nol lagi. Untungnya tak lama ada ani baru. Walau tugasnya hanya mencuci saja setidaknya ibumu tidak forsir tenaga lagi untuk mencuci pakaian yang segunung. Apalagi yen hobi ganti baju dan celana. Hehehe. Ibu akhirnya bisa punya waktu luang setelah pulang kerja. Waktu luang untuk yen.
Selama ini semua kebutuhan keluarga dan yen ayah gunakan dari kartu kredit ayah. Akhirnya ayah memutuskan untuk berhenti menggunakannya dan pelan pelan membayarnya. Ayah butuh dana rutin yang tidak sedikit. Ayah putuskan untuk menggunakan tabungan untuk membantu keuangan dan kebutuhan keluarga dan yen. Keputusan ayah salah ya? Tega kah. Ayah tak tega melihat keluarga ini tidak bisa makan dan yen tidak punya susu. Ayah tidak mengharap balasan dan pujian. Ayah rasa ini wajar, ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban seorang ayah. Untuk memastikan semua kebutuhan utama terpenuhi.

Kau hitungan hitungan kah dengan saya kah. Saya bayar semuanya! Dengan keras ana berkata. Dengan mata penuh kemarahan. yen harus lihat mata itu. Mata itu seperti ingin menerkammu dan membuatmu tersudut di sudut yang gelap. Mata itu penuh keangkuhan dan berkata lihat. Aku telah mampu. Tanpa kau aku bisa hidup dan membiayai yen.

Bukan bukan itu maksud saya berhitung hitungan. Aku cuman mau bilang, apa karena kesalahan saya selama ini telah menutup semua pintu pintu hatimu. Telah menganggap semua pengorbananku itu semua sia sia. Seperti tidak ada harganya saya lagi berada di depan kamu.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar