cara membaca cerita ini:
klik 2009 -- Maret -- Mar 08
cerita dimulai dengan urutan nomor 1 s/d 14.
http://irwandina.wordpress.com/2007/10/
Yen tahu. Setiap orang bisa gendong yen. Tapi hanya nenek yang tidak bisa gendong yen. Bahkan orang tua ibumu yang tidak berbuat apa apa untuk ayah dan yen. Bisa menggendong yen dan menimang nimang yen hingga kapanpun. Adilkah?Ayah mengalah yen, ayah tidak mau ribut. Ayah juga kecewa dengan ibu. Ada masalah yang penting yang lebih penting dari itu. yen punya susu, kebutuhan yen lebih penting dari itu.Akhir tahun 2007, ana memutuskan untuk membawa yen berlibur ke jogja selama 2 minggu. Tahun depan baru balik. Untuk bertemu keluarga besar nya disana. Sungguh menyenangkan. Melihat jogja kembali, melihat kembang api. Memang, saya hanya membantu beberapa ratus ribu rupiah saja. Semua tiket dll, dia yang nanggung sendiri. Mungkin dari gaji dan thr nya. Senang yah.Aku? Aku hanya menghabiskan waktu seorang diri. Makan diluar, mengukur jalan di kota dan akhirnya capek, pulang nonton tv hingga tidur.Pengennya kuhabiskan natal dan tahun baru dengan ana dan yen juga. Paling kita hanya ngumpul, makan, nonton film dan tidur. Nda seru ya.
ilustrasi
Seorang teman menawarkan sebuah rukonya yang kosong di daerah cwasih. Ia ingin membantuku mewujudkan cita citaku untuk mempunyai sebuah tempat usaha. Dengan harapan usaha ini dapat berhasil dan memberikan kehidupan yang lebih baik lagi.Beberapa pertimbangan yang kuambil karena , kapan lagi ada tawaran seperti ini kalau tidak dicoba diambil, mana tau kesempatan itu ada lagi. Apalagi uang sewa yang ditawarkan hanya beberapa juta saja. Saya juga ingin keluar dari alauddin, aku ingin berubah dari tidak apa apa menjadi seseorang yang berhasil. Ingin sukses. Bukankah ana juga pengen rumah sendiri? Punya tempat usaha sendiri.Tidak nyampur dengan orang lain. Kami bebas. Kami pindah ke tempat baru, dan ayah bertekad untuk sukses dan tidak akan pernah kembali lagi ke rumah mertua!
Pertama tamanya memang sulit, kami sampai harus menjual beberapa aset keluarga untuk membeli beberapa barang dan modal usaha. Belum lagi mau bersihkan rumahnya, masalah meteran listrik , pam, tempat usaha dll.
Bulan bulan awal belum banyak transaksi terjadi. Pada saat yang sama kami juga berusaha mengatasi masalah masalah yang ada. Apalagi kami masih berdua. Setelah ada reni, sedikit banyaknya ada yang temani ana dirumah. Tiba tiba juga aku harus kehilangan motor yang selama ini aku pakai untuk kerja dan usaha. Untuk sementara aku limbung. Kemana mana harus naik angkot dan becak. Bahkan kalau dekat jalan kaki. Untuk pergi pulang ke kantor kadang numpang dengan teman kerja. Akhirnya aku memberanikan diri untuk mengambil kredit motor. Entah berapa lama aku hidup tanpa motor.
Bukan ayah(aku) mau membela diri dengan mengembar gemborkan semua kebaikan dan pengorbanan ayah. Tidak. Tidak. Bukan juga ayah ingin ‘dibayar atau di balas’. Ayah selalu menganggap itu semua hal yang wajar ketika kamu sedang berhubungan dengan wanita lain. Entah dalam status teman biasa, pacar ataupun telah menjadi suami. Ayah tidak minta dibayar kembali apa yang telah ayah beri. Ayah mikir , apa ayah ini , suami ibu kamu. bukan? Ayah merasa tidak dihargai. Ayah merasa dibuang. Ayah bukan ayah. Ayah bukan suami. Ayah bukan kekasih yang dicintai. Ayah adalah pembantu. Ayah adalah budak. Ayah adalah pendonor sperma. Ayah hanya ada diatas kertas. Suami yang diatas kertas. Kepala keluarga di secarik kertas berjudul kartu keluarga. Faktanya ayah bukan apa apa ibu mu.Setidaknya yen bisa tau secara menyeluruh apa yang terjadi dalam hubungan ayah dan ibu kamu. Apa ibumu ada menceritakan hal hal yang tidak pernah kamu dengar.