1. Dongeng ayah
21 desember 2008

Ayah menulis ini hanya untuk anak saya yenny yang entah berada di ujung dunia mana. Apakah yen akan masih mengingat aku sebagai ayah nya. Atau yen sendiri sudah memakai nama lain. Entahlah. Hanya mereka yang tahu. Ayah membuat cerita ini hanya untuk yen, bukan untuk orang lain. Agar yen tahu ayah kamu adalah tetap aku. Ayah telah berusaha berjuang menjaga keutuhan dan kelangsungan hidup mu dan hidup ibumu. Yup. Tapi ayah kalah yen, ayah kalah.Mudah mudahan hidup mu sekarang jauh lebih baik dari hidup ayah. Apakah ayah masih berarti untuk dirimu yen. Karena hidup ayah tidak berguna lagi untuk ibumu.


ilustrasi, foto dok pribadi

Bukan ayah(aku) mau membela diri dengan mengembar gemborkan semua kebaikan dan pengorbanan ayah. Tidak. Tidak. Bukan juga ayah ingin ‘dibayar atau di balas’. Ayah selalu menganggap itu semua hal yang wajar ketika kamu sedang berhubungan dengan wanita lain. Entah dalam status teman biasa, pacar ataupun telah menjadi suami. Ayah tidak minta dibayar kembali apa yang telah ayah beri. Ayah mikir , apa ayah ini , suami ibu kamu. bukan? Ayah merasa tidak dihargai. Ayah merasa dibuang. Ayah bukan ayah. Ayah bukan suami. Ayah bukan kekasih yang dicintai. Ayah adalah pembantu. Ayah adalah budak. Ayah adalah pendonor sperma. Ayah hanya ada diatas kertas. Suami yang diatas kertas. Kepala keluarga di secarik kertas berjudul kartu keluarga. Faktanya ayah bukan apa apa ibu mu.Setidaknya yen bisa tau secara menyeluruh apa yang terjadi dalam hubungan ayah dan ibu kamu. Apa ibumu ada menceritakan hal hal yang tidak pernah kamu dengar.


Ayah lahir

Ayah lahir 31 juli tahun 1978. Keluarga ayah juga bukan yang baik. Ayahku adalah contoh buruk bagi semua ayah ayah di dunia. Ia telah memalukan semua korps ayah di dunia. Entah ada berapa ayah seperti ia di dunia ini. Ia bukanlah contoh yang baik. Keluarga kami sangat lah miskin. Ayah hanya seorang tukang kayu. Ibu hanya lah ibu rt biasa. Ayahku sering meninggalkan kami dalam waktu yang lama. Akhirnya ibulah yang membiayai kami hingga kami dewasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar